7upasia.net

www.bola7up.com – Salah satu idola mayoritas Juventini, Arturo Vidal, akhirnya resmi hijrah dari Juventus untuk membelaBayern Munich, pada Selasa (28/7) lalu. Langkah Vidal yang mengikuti jejak Carlos Tevez dan Andrea Pirlo itu jelas jadi kehilangan yang sangat besar bagi Si Nyonya Tua.

Bagaimana tidak, pemain berjuluk Il Guerrero ini merupakan salah satu pilar utama kesuksesan Juve menjadi raja Italia selama empat musim terakhir. Perannya juga amat krusial dalam mengembalikan status I Banconeri sebagai salah satu tim yang paling ditakuti di Eropa, dengan menembus final Liga Champions musim lalu.



Tentu akan sulit mencari penggantinya. Terlebih faktor fleksibilitas tinggi Vidal, yang sanggup mengisi nyaris setiap posisi permainan. Juve jelas harus memutar otak di bursa musim panas ini, agar kualitas mereka tak turun seiring kepergian sang bintang.

Namun menilik situasi terkini, sejatinya tidak melulu hal negatif yang didapat Juve dari hasil penjualan Vidal. Bahkan bisa dikatakan, inilah saat paling tepat bagi La Vecchia Omcidi untuk menjual pemain asal Cile tersebut. Banyak faktor yang melatarinya.

Goal Indonesia lantas menilik deretan faktor tersebut, yang membuat Juve tepat melepas Vidal di bursa musim panas ini. Apa saja? Simak ulasannya di bawah ini!
 

SEGERA LEWATI USIA EMAS



Lahir pada 22 Mei 1987, usia Vidal kini menginjak 28 tahun. Ya, usia yang kebanyakan dibuktikan sebagai periode emas pesepakbola profesional. Apa yang terpapar kemudian memang benar adanya, karena musim lalu boleh dibilang sebagai musim terbaik dalam karier sang gelandang enerjik.

Bersama Juve di level klub, Vidal mengantarkan La Vecchia Signora kembali meraih scudetto, merenggut Piala Itala, dan menembus final Liga Champions. Ia melanjutkannya ke level timnas bersama Cile. Secara luar biasa La Roja dibawanya jadi kampiun Copa America 2015, yang jadi torehan pertama sepanjang sejarah.

Namun tanda tanya menghinggap di musim depan. Tahun depan, usia Vidal akan menginjak 29 tahun yang tentu semakin mendekati kepala tiga. Permainannya yang amat mengandalkan fisik jelas tak ideal lagi kala dirinya makin menua. Belum lagi cedera lutut yang menderanya sebelum Piala Dunia 2014 lalu, yang kerap kambuh tiba-tiba.

Tanda-tanda penurunan performa bahkan sudah terlihat di musim terakhirnya bersama Juve kemarin. Meski makin berprestasi secara tim, dari kacamata individual itulah musim terburuk Vidal. Secara statistik torehan delapan gol dan empat assist dari 45 penampilannya di semua ajang, merupakan catatan terburuk kariernya di Turin.
 

BANDEROL PUNCAK



Berkorelasi kuat dengan usia, inilah salah satu alasan terkuat mengapa Juve tepat menjual Vidal. Bayern memboyongnya lewat banderol yang disinyalir mencapai €40 juta. Harga itu cocok dengan permintaan Juve, yang menaksir nilai €35 juta hingga €45 juta, untuk Si No. 23.

Di usianya yang sudah 28 tahun, banderol tersebut bisa dibilang sebagai sebagai titik tertinggi yang bisa dicapai Vidal. Ketika usianya sudah bertambah setahun bahkan menyentuh kepala tiga dalam dua tahun lagi, sulit membayangkan nilai transfernya bisa di atas €30 juta.

Karenanya, tidak ada waktu yang lebih baik kecuali menjual Vidal sekarang. Dilansir dari transfermakt.com, harga Vidal kini berada di kisaran €42 juta, yang tak jauh dari biayanya ke Bayern. Harga terbaik pemain fanatik tato ini sejatinya muncul pada bursa musim panas tahun lalu dengan nilai €45 juta, tapi nilai itu juga tak signifikan.

Juve jelas meraup untung besar dari kebijakannya yang satu ini. Terlebih mereka mendatangkan Vidal dari Bayer Leverkusen pada Juli 2011 lalu, lewat banderol yang nyaris empat kali lebih sedikit senilai €12,5 juta! Penghematan lainnya adalah pemangkasan gaji sang gelandang sebesar €5,5 juta, yang jadi salah satu bayaran tertinggi di klub.
 

PERILAKU BURUK


Dari penampilan luarnya yang sangar bagai preman, mungkin sudah bisa ditebak bagaimana sifat asli Vidal. Ya, berdasar pada kehidupannya yang kelam semasa kecil, Vidal termasuk pesepakbola yang urakan meski tak separah pesepakbola gagal macam Adriano Leite, Cicinho, hingga Andy Van der Meyde.

Sedari usia lima tahun Vidal sudah akrab dengan yang namanya alkohol dan obat-obatan terlarang. Bukan berarti dia ikut menikmati, namun sang ayah lah yang membuatnya kenal lantaran seorang pecandu dan pengedar. Langkah itu bahkan diikuti oleh dua dari empat adiknya, hingga satu di antaranya tewas.

Tak heran jika Vidal doyan berpesta dan tak tahan menyentuh alkohol — tidak dengan narkoba — ketika memiliki waktu senggang atau sedang frustrasi. Imbasnya dirinya jadi lumayan sering merugikan tim dan dirinya sendiri akibat sifat buruk itu.

Dua kali Vidal mendapat kecaman di Cile akibat mabuk dalam periode membela timnas. Pertama pada 2011 lalu hingga dirinya dipulangkan dan terakhir di pagelaran Copa America 2015 kemarin. Yang satu ini, Vidal bahkan nyaris meregang nyawa istri, teman, dan dirinya sendiri karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk hingga berakhir pada kecelakaan.

Di Juve untungnya Vidal jarang bertingkah. Namun rasa frustrasi akibat gagal hijrah ke Real Madrid dan lilitan cedera, menunjukkan kembali potensi perangai liar King Arturo, pada 3 Oktober 2014 lalu. Ia terlibat perkelahian di klub malam dan terlambat datang latihan di pagi harinya. Imbasnya sang pelatih,Massimiliano Allegri, mencadangkannya saat melawan AS Roma dan tak menyertakannya dalam duel hadapi Sassuolo.

“Sekarang dan bagaimanapun, Vidal harus memiliki sikap yang berbeda,” tegur Allegri pasca insiden. Menilik kasus di Copa America 2015 lalu, niat untuk menjual Vidal sudah barang tentu menguat di benak manajemen Juve.
 

BUKAN FAVORIT ALLEGRI



Fleksibilitas Vidal yang cakap menempati beberapa posisi dari lini belakang hingga lini depan, membuat pelatih mana pun pasti menginginkannya. Tak terkecuali Allegri, yang musim lalu mementaskannya selama 3.615 menit di semua ajang. Sosoknya nyaris tak tergantikan.

Meski jadi andalan, menilik posisinya sebagai gelandang serang dalam formasi 4-3-1-2, sejatinya Vidal bukanlah tipe trequartista favorit Allegri. Sepanjang sejarah kepelatihannya, juru taktik berusia 47 tahun itu adalah pemuja sosok gelandang serang teknikal, pemikir, dan memiliki karisma, sesuai dengan kriteria nomor punggung 10.

Tengok saja semenjak melejit di Cagliari, Allegri mengandalkan sosok-sosok seperti itu dalam diri Andrea Lazzari dan Andrea Cossu. Hijrah ke AC Milan, pos trequartista diberikan pada Ronaldinho, Clarence Seedorf, hingga Ricardo Montolivo.

Kini penegasan pun disampaikan oleh Allegri bahkan sebelum Vidal resmi pindah ke Bayern. “Saya suka seorang pesepakbola yang penuh inovasi–mereka tidak pernah membosankan. Adanya satu wildcard dalam susunan pemain bisa menghadirkan keseimbangan yang berbeda. Ego dalam kadar yang pas tidaklah merugikan buat sebuah tim. Tambahan pemain tipikal nomor 10 merupakan sebuah keinginan terkait taktik dan juga hasrat untuk menambah ego ke dalam tim saya,” ungkapnya.

Karenanya, bagi Allegri kepergian Vidal malah memberikan ruang baginya untuk melampiaskan ego dalam timnya musim depan.
 

HADIRKAN IDOLA BARU



Melanjutkan hasrat dari Allegri, sosok pengganti Vidal besar kemungkinan akan didapuk jadi pengguna nomor legendaris 10 Juve. Kebetulan nomor keramat itu sedang kosong, seiring keputusan Carlos Tevez yang pulang ke Boca Juniors musim panas ini.

Beberapa nama sudah diungkapkan Allegri, plus dengan kencangnya rumor yang beredar. Sosok trequartista berkelas macam Julian Draxler, Mario Gotze, Isco, Oscar hingga Mesut Ozil masuk daftar buruan. Mereka semua cocok dengan kriteria Allegri dan layak mewarisi no. 10 La Fidanzata d’Italia.

Seperti yang sudah-sudah, sosok no. 10 akan selalu jadi pemain pujaan Juventini. Tengok saja sejarahnya ketika dikenakan oleh Michel Platini, Roberto Baggio, Alessandro Del Piero hingga Tevez. Artinya, kini Juventini tengah bersiap menyambut idola baru, sebagai pengobat hati kehilangan Vidal.

Kami harus menemukan seorang pemain dengan karakteristik khusus dan dia adalah seorang yang fenomenal,” tutur presiden Juve, Andrea Agnelli, soal gelandang serang klubnya musim depan.


Source: 7upAsia