Apakah Anda merasa bosan dengan drama adu penalti dalam pertandingan sepak bola saat ini? Mungkin bagi Anda tidak. Tapi buat uni sepak bola Eropa (UEFA), bisa jadi jawabannya kurang menarik.
Ya, seperti dilaporkan The Independent pada Kamis (4/5/2017). UEFA akan mencoba sistem adu penalti baru bernama ‘ABBA’. Sistem ini segera menjalani pengujian di turnamen sepak bola UEFA U-17, untuk pria di Kroasia (3-19 Mei), sedang buat wanita di Republik Ceko (2-14 Mei).
Seperti diketahui sistem drama tos-tosan dalam sepak bola sekarang, setiap tim/klub secara bergantian melakukan eksekusi penalti ke gawang lawan untuk lima kesempatan awal.
Namun dalam sistem ABBA yang dicetuskan oleh IFAB sebagai badan pembuat aturan sepak bola. Dalam sistem ini akan terjadi pergantian urutan menembak ke gawang dengan mengadopsi sistem tie break di pertandingan tenis.
Nantinya tim A akan mengambil eksekusi 12 pas yang pertama. Tapi tim B, bakal menendang pada kesempatan kedua dan ketiga. Tim A kembali mengeksekusi penalti pada kesempatan keempat dan kelima.
Kalau berlanjut hingga kedua tim masing-masing telah melaksanakan lima tembakan. Maka dalam sudden death, sistem urutan tersebut kembali diterapkan.
Hanya saja, IFAB yang telah menyetujui sistem baru ini pada Maret 2017. Mengakan bahwa dalam penelitian mereka, tim yang lebih dulu mengambil tendangan penalti, memiliki kemungkinan memenangkan tos-tosan sistem ABBA di angka lebih besar (56 persen di Liga Europa dan 63 persen di Liga Champions, dengan ada pula tes di Piala Dunia, piala domestik dan kompetisi internasional).
Tentu saja itu merupakan hasil yang bisa memberikan keuntungan untuk sebuah tim (pertama). “Hipotesisnya adalah, pemain yang mengambil tendangan kedua, akan berada dalam kondisi tekanan mental yang lebih besar,” beber UEFA.
“Jika penalti pertama lawan secara beruntun masuk, sebuah kegagalan pada tendangan eksekutor kedua bisa menyebabkan timnya langsung kalah,” imbuh UEFA.
“Dilihat dari angka (persentase keuntungan tim pertama di atas), itu harus dikurangi secara signifikan dari waktu ke waktu. Tapi butuh beberapa waktu untuk mengumpulkan ukuran sampel yang bagus. Jadi mungkin sebaiknya kita tidak mengharapkan perubahan besar pada turnamen yang lebih besar dalam waktu dekat,” tutup UEFA.
Berikut penjelasan urutan penendang eksekusi penalti:
Eksekusi 1: Penendang 1 Tim A – Penendang 1 Tim B
Eksekusi 2: Penendang 2 Tim B – Penendang 2 Tim A
Eksekusi 3: Penendang 3 Tim A – Penendang 3 Tim B
Eksekusi 4: Penendang 4 Tim B – Penendang 4 Tim A
Eksekusi 5: Penendang 5 Tim A – Penendang 5 Tim B
Mengapa perubahan diperlukan?
Berdasarkan riset, tim pertama yang mendapatkan kesempatan menjadi eksekutor perdana memiliki peluang menang lebih besar, sekitar 60 persen.
“Hipotesisnya penendang dari tim kedua selalu mendapatkan tekanan yang lebih besar (ketika menggunakan format lama),” jelas UEFA dalam rilis resminya.
Source: Berit7