berita7up.com – Minimnya fasilitas lapangan sepak bola dengan rumput berkualitas di Indonesia mulai melirik minat para pelaku sepak nola untuk beralih menggunakan rumput sintetis. Selain lebih awet, penggunaan rumput buatan ini diyakini bisa mengurangi cedera pada sesi latihan.
“Kami punya cita-cita kecil, suatu hari nanti di setiap kabupaten di Indonesia punya lapangan sintetis. Mudah-mudahan dengan begitu bisa melahirkan bibit atlet kelas dunia,” kata Direktur Delta Prima Aldrey Hansyah di Jakarta, Kamis (24/3).
Menurut Aldrey industri rumput sintesis dapat memberikan daya tahan tinggi sekaligus keindahan, khususnya dalam konteks lapangan sepak bola. Fasilitas yang baik diyakini bisa melahirkan pemain bertalenta di kemudian hari.
“Saya harap Indonesia bisa memenuhi kebutuhan sepak bola yakni punya training ground yang mendukung dan melahirkan atlet yang baik. Target kami tahun ini fokus mengembangkan rumput sintesis untuk sepak bola dan landscape,” tutur Aldrey.
“Tidak masalah buat lapangan sepak bola di daerah, hanya biaya logistiknya lebih besar saja,” tambahnya.
Fasilitas lapangan sepak bola menggunakan rumput sintetis masih menjadi barang langka di Tanah Air. Padahal, pembangunan rumput buatan ini sudah marak digunakan di luar negeri untuk menghemat perawatan.
“Singapura dengan negara kecil, lapangan sintetis sudah ada di setiap sekolah atau universitas. Atlet kita masih latihan di lapangan yang kurang baik, lumrah saja prestasi sepak bola kita segini saja,” ujar Aldrey.
Butuh Biaya Miliaran
Meski menggiurkan, pembuatan lapangan sintetis membutuhkan biaya yang tidak murah. Untuk membuat sebuah lapangan saja bisa memakan biaya Rp3-5 miliar. Lebih mahal nyaris dua kali lipat pembuatan lapangan konvensional.
Masa pengerjaannya membutuhkan waktu sekira 3-4 bulan. Meski demikian, penggunaan lapangan diyakini bakal lebih awet, nyaman, dan sangat mendukung perkembangan atlet.
“Dengan menggunakan rumput sintesis, lapangan sepak bola bisa tahan sampai 10 tahun. Laporan cedera yang terjadi di rumput sintetis pun masih lebih rendah dari rumput natural,” katanya.
Source: 7upAsia