Kasus Sepakbola Gajah PSS vs PSIS, Mulai Keterlibatan Manajer, Gol, dan Skenario
www.bola7up.com – Mantan pemain PSS Sleman yang terlibat dalam kasus sepakbola gajah pada laga PSS kontra PSIS Semarang dalam kompetisi Divisi Utama, 26 Oktober 2014, kembali buka suara. Kali ini, ada empat pemain yang buka-bukaan soal kronologi kejadian yang sebenarnya di dalam pertandingan yang memalukan itu.
Sebelumnya, empat pemain ini pun telah dijatuhi sanksi oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. Mereka adalah Monieaga Bagus, Ridwan Awaludin, Satrio Aji, dan satu pemain yang memilih namanya disamarkan menjadi Ronald. Mereka bicara blak-blakan mengenai pertandingan itu dalam acara “Kupas Tuntas Sepakbola Gajah PSS Sleman vs PSIS Semarang” yang digelar di Hotel Merbabu Merapi Seturan, Sleman, Rabu (29/7) malam.
Dalam kesempatan itu, para pemain tersebut menceritakan kronologinya secara detail. Mereka menuturkan semua biasa saja pada pagi hari sebelum pertandingan, dan semua pemain menjalani latihan dengan semringah.
Namun semua berubah pada siang harinya, saat para pemain dipanggil ke ruang pelatih. “Waktu itu pelatih seperti biasa tetap ingin menang seperti biasa. Lalu datang manajer PSS Sleman, Supardjiono, kemudian mengatakan kalau ingin promosi kita harus menghindari Pusamania Borneo FC. Kita semua bingung,” kata Satrio.
Satrio menambahkan, instruksi itu berlanjut di pertandingan sesungguhnya melawan PSIS. Bahkan, saat pertandingan yang paling berkuasa memberikan arahan bukan pelatih, Hery Kiswanto. Namun justru manajemen dan asisten pelatih, Edi Broto.
“Di babak pertama kita disuruh main pasif. Ketika mau menyerang tim lawan yang juga main pasif kita justru dimarahi dan dikatai ‘Apa-apaan itu, mundur saja!’. Ketika turun minum kita disuruh Pak Rumadi yang merupakan manajer teknis menyuruh kita untuk bertarung. Tentu kita senang ketika sudah disuruh main normal. Ternyata tidak, kita justru disuruh bertarung untuk kalah,” beber Ridwan.
Kemudian, ada juga kode khusus yang diberikan agar para pemain PSS melakukan gol bunuh diri. Kode itu diberikan oleh Edi. “Waktu itu ada pemain-pemain khusus yang diberi instruksi untuk mencetak gol bunuh diri, tapi saya tidak tahu siapa. Yang jelas pak Edi di pinggir lapangan memberi kode khusus, yaitu membalikkan topi yang dia pakai sebagai tanda untuk melakukan gol bunuh diri,” ujar Monieaga, yang mengaku sempat meminta wasit menghentikan permainan di babak kedua.
Selain itu, para pemain itu juga membeberkan adanya skenario yang dilakukan dalam sidang Komisi Disiplin PSSI untuk menyelamatkan sang manajer saat itu, Supardjiono.
“Waktu itu saya disuruh Pak Supardjiono dan Pak Rumadi untuk tidak mengakui yang sebenarnya ke Komdis PSSI. Saya disuruh untuk mengakui bahwa tindakan itu merupakan murni kemauan saya. Dalam hati saya tidak mengakui seperti itu. Waktu ditanyai oleh Pak Hinca (Pandjaitan, ketua Komdis PSSI saat itu) saya hanya diam saja,” ucap Ronald.
Hal itu diamini oleh ketiga pemain lainnya. Bahkan, mereka mengungkapkan diharuskan menyebut nama Ery Febrianto alias Ableh sebagai otak dari peristiwa itu. Padahal, Ery ketika itu sedang ditugaskan manajemen untuk memantau pertandingan lain di Kalimantan.
Memang pada akhirnya, dalam keputusan Komdis PSSI meloloskan Supardjiono dari sanksi. Ketika itu, Komdis PSSI beralasan Supardjiono menjelaskan dirinya berada di lain tempat saat pertandingan PSS dan PSIS berlangsung.
“Ketika hukuman turun kami dijanjikan akan dibantu untuk bebas dari hukuman oleh manajemen. Tapi nyatanya sampai sekarang kami masih harus menjalani hukuman,” ujar Satrio, yang terkena sanksi lima tahun tidak boleh aktif di persepakbolaan nasional itu.
Di sisi lain, keempat pemain itu juga mengambil langkah untuk berkirim surat tentang kesaksian itu kepada Tim Transisi Kemenpora. Para pemain itu berujar rela melakukan ini agar bisa menyelamatkan karier sepakbola mereka. “Kami berharap bisa langsung bertemu untuk menjelaskan detail kepada mereka,” tutur Satrio.
Di lain pihak, Supardjiono, kembali menampik tudingan yang diberikan kepadanya oleh para pemain tersebut. “Tidak benar kalau saya yang memberikan instruksi kepada pemain untuk kalah agar terhindar dari Pusamania Borneo FC. Apalagi kasus ini sudah ditangani oleh Komisi Disiplin PSSI dan sudah selesai,” kilah Supardjiono, seperti dikutip Sorotjogja.
Source: 7upAsia