www.bola7up.com – Indonesia merupakan salah satu pasar sepakbola terbesar di dunia. Namun bicara prestasi, untuk level Asia Tenggara saja tim nasional Indonesia sulit untuk menjadi juara. Bahkan, sudah ada beberapa negara yang sebelumnya tertinggal, kini mulai menyamai atau melebihi prestasi tim Garuda.
Indonesia sering disebut masih lemah dalam hal pembinaan usia muda. Salah satu faktor penting dalam pembinaan sepakbola usia muda adalah adanya pelatih yang berkualitas. Hal itu pula yang diungkapkan instruktur pelatih, Satia Bagdja Ijatna. Pria yang menjadi asisten pelatih Persija Jakarta di Indonesia Super League (ISL) 2015 ini mengaku prihatin dengan jumlah pelatih berkualitas di Indonesia.
Apalagi, di Indonesia belum ada pelatih yang berlisensi A Pro yang bisa melatih lintas konfederasi. “Negara sebesar ini, tidak punya A Pro, hanya A AFC. Pelatih lisensi A Pro itu diminta di mana-mana untuk menjadi direktur teknik dan lainnya, sementara Indonesia belum punya sama sekali,” ucap Satia.
“Di Indonesia paling lisensinya plus-plus, seperti Iwan Setiawan dan saya yang mengambil di Belanda, serta Nilmaizar dan Rahmad Darmawan di Jerman dan saya juga pernah di sana. Itu lisensi plus saja, bukan A Pro. Itu international coach,” tambahnya.
Satia menjelaskan, untuk mendapatkan lisensi A Pro, seorang pelatih harus mengantongi lebih dulu lisensi A konfederasi di mana ia berada. Jika di Asia, berarti pelatih tersebut harus lebih dulu memiliki lisensi A AFC.
Maka itu, Satia pun menyayangkan batalnya kursus kepelatihan lisensi C hingga A AFC yang rencananya digelar pada tahun ini lantaran adanya sanksi FIFA. Seperti diketahui, sanksi tersebut diberikan karena konflik PSSI dan Kemenpora.
“Jadi harus punya A AFC baru bisa ikut mengambil A Pro. Kalau pendidikan kepelatihan tidak dibenahi, bisa kacau.”
“Sama seperti A UEFA, kemudian ke A Pro. Namun untuk ke sana perlu mendapat rekomendasi. Kalau mengantongi A AFC namun hanya dipajang di rumah saja, ya tidak bisa. Harus ikut sebagai pelatih dan harus ada, apa saja yang pernah dibuat selama memegang lisensi A AFC,” jelasnya.
“Negara sebesar ini tentu perlu punya pelatih banyak. Akhirnya pembinaan usia muda menjadi susah berjalan baik karena dilatih pelatih yang belum punya kemampuan melatih usia dini,” pungkasnya.
Source: 7upAsia