7 Harapan untuk Sepak Bola Indonesia di Tahun 2017
Tahun 2017 sudah datang. Sudah tiga hari kita menapaki tahun yang baru. Segenap harapan segala sesuatu yang kita akan hadapi, bisa berjalan baik sesuai rencana sepanjang tahun 2017. Tidak sedikit pula yang memiliki resolusi, ingin jadi lebih baik dari tahun-tahun yang sudah dilewati.
Tahun baru, harapan baru. Begitulah kira-kira optimisme yang diapungkan sebagian dari kita, tidak terkecuali kalangan pencinta sepak bola nasional.
Sebagai kalangan yang memerhatikan perkembangan sepak bola Indonesia, para penggemar tentu berharap bisa melihat sepak bola di Tanah Air juga mengalami perkembangan positif.
Hal yang buruk dikurangi atau bahkan ditinggalkan, mengambil pelajaran dari kesalahan, memperbaiki kekurangan, maupun mempertahankan hal positif yang telah dicapai tahun lalu.
Terpilihnya kepengurusan baru PSSI periode 2016-2020 serta gairah tinggi yang sedang melanda Timnas Indonesia senior menumbuhkan secercah harapan bila di tahun 2017 ini, kondisi sepak bola Indonesia akan lebih baik.
Tata kelola sepak bola nasional, seperti yang didengungkan belakangan ini, diharapkan bisa benar-benar mulai diterapkan. Begitu pula dengan keikutsertaan timnas di berbagai kelompok usia dalam turnamen serta SEA Games 2017 bisa berujung prestasi juara, yang sudah lama diidamkan penggemar Tim Merah-Putih.
Lantas harapan seperti apa saja yang kira-kira diinginkan seluruh pencinta sepak bola Indonesia pada tahun 2017?
1. Kompetisi Berjenjang
PSSI diharapkan menyusun kompetisi yang berjenjang mulai 2017. Mulai kasta tertinggi ISL, turun ke bawah Divisi Utama, hingga Liga Nusantara. Hanya, kompetisi dengan jenjang itu ternyata tidak cukup untuk memasok pemain berkualitas dan siap pakai, terutama buat timnas usia muda.
Itulah mengapa PSSI harus menyusun kompetisi hingga level terbawah. Bisa dimulai kompetisi U-15, U-17, hingga U-21. Hal itu karena hampir tiap tahun ada turnamen yang melibatkan timnas kelompok umur, mulai Piala AFF U-16, Piala AFF U-19, hingga SEA Games. Di level AFC juga memiliki turnamen U-16, U-19, hingga U-23.
Dengan makin banyaknya kompetisi, PSSI diharapkan memiliki banyak stok pemain muda yang pada akhirnya bisa berjenjang untuk memasok timnas senior. Selain itu kemampuan dan pengalaman bermain para pemain muda terus terasah.
2. Penegakan Disiplin
Selama ini kelemahan PSSI adalah rendahnya tingkat penegakan hukum atau disiplin para pelaku sepak bola itu sendiri. Hal ini tercermin dari masih banyaknya penganiayaan terhadap perangkat pertandingan, munculnya isu suap atau pengaturan skor, hingga ditunggaknya gaji pemain serta pelatih.
Badan yudisial yang dimiliki PSSI ke depan, seharusnya bisa menjadi titik tolak pengelolaan sepak bola yang terpercaya dan adil. Dibutuhkan sanksi yang keras tanpa pandang bulu terhadap siapa saja yang melanggar kode disiplin PSSI.
Jangan sampai ada pemain yang hanya dihukum ringan saat menganiaya wasit. Begitu pula isu pengaturan skor juga harus diusut tuntas, supaya kepercayaan terhadap perangkat pertandingan menjadi tinggi. Klub yang menunggak gaji pemain dan pelatih, juga harus dihukum maksimal dengan diturunkan ke kompetisi bawahnya.
3. Transparan
Selama ini laporan keuangan PSSI menjadi salah satu isu panas yang kerap mengemuka. PSSI dituding tidak pernah transparan dalam pengelolaan uang, termasuk saat menerima bantuan dari Pemerintah melalui pos APBN untuk kegiatan tertentu.
Berangkat dengan kepengurusan baru ini, PSSI wajib mengubah stigma tidak transparan menjadi terbuka, jelas, dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Laporan keuangan yang biasanya disampaikan dalam kongres, harus turut dibuka ke publik.
Selain itu tiap kali menerima dana bantuan dari Pemerintah, PSSI wajib melaporkan secara detail pengeluaran yang ada. Dengan demikian masyarakat bisa kembali memiliki kepercayaan terhadap PSSI, terutama dari sisi pengelolaan keuangan.
4. Medali emas SEA Games
Pada 2017 ini Timnas Indonesia akan kembali turun di ajang SEA Games. Mulai SEA Games 2017 ini, bukan timnas U-23 yang bermain melainkan timnas U-22.
Pada SEA Games dua tahun lalu di Singapura, Timnas Indonesia U-23 hanya finis di urutan keempat setelah kalah bersaing dengan Thailand yang akhirnya meraih medali emas, Myanmar, dan Vietnam yang masing-masing merebut medali perak dan perunggu.
Alhasil, keinginan meraih medali emas jadi harapan fans Tim Merah-Putih. Apalagi secara khusus, prestasi terakhir di ajang SEA Games terjadi 26 tahun lalu, tepatnya saat SEA Games 1991.
PSSI bukannya tidak mengetahui harapan itu. Induk organisasi sepak bola di Indonesia itu merencanakan pemusatan latihan selama delapan bulan sebagai persiapan timnas U-22 sebelum tampil di SEA Games 2017, mulai 19 Agustus 2017.
5. Timnas kelompok usia berprestasi
Dengan belum adanya agenda turnamen resmi yang akan dihadapi timnas senior pada 2017, perhatian pencinta sepak bola Indonesia tertuju pada kiprah timnas kelompok usia.
Setidaknya ada tiga kualifikasi yang bakal dijalani timnas kelompok usia pada 2017, yakni Piala AFC U-23, U-16, dan U-19. Tentu para penggemar Tim Merah-Putih berharap timnas kelompok usia bisa mencatatkan hasil apik dengan lolos ke putaran final.
Pada 2017 AFF juga dipastikan menggelar Piala AFF U-19, diharapkan PSSI mengirimkan skuat ke Myanmar dan lagi-lagi, timnas usia muda bisa pulang dengan membawa gelar juara yang terakhir diraih pada 2013.
6. Timnas Indonesia beruji coba dengan lawan berkelas
Tidak adanya agenda resmi yang akan dijalani Timnas Indonesia senior pada 2017 membuat Tim Merah-Putih hanya akan berhadapan dengan lawan di ajang laga persahabatan, ekshibisi, atau sekadar jadi lawan uji coba.
Meski begitu, Timnas Indonesia tetap bisa tampil dan menghibur sekaligus memupus dahaga para penggemar akan aksi-aksi pemain di timnas karena timnas juga membutuhkan poin untuk mengatrol ranking FIFA. Apalagi, bila PSSI bersedia mengundang timnas kelas atas untuk jadi partner dalam laga persahabatan itu.
Sebaliknya, Timnas Indonesia diprediksi juga bisa menerima ajakan untuk jadi lawan uji coba negara-negara sahabat yang membutuhkan pemanasan untuk turnamen resmi mereka ikuti.
7. Tidak ada lagi suporter yang tewas
Tahun 2016 bisa dibilang tahun kelam untuk dunia suporter Indonesia. Setidaknya empat penggemar olahraga si kulit bundar di Tanah Air meninggal dunia akibat rivalitas dengan klub lain atau disebabkan hal lain saat memberi dukungan pada tim kesayangan.
Kedewasan suporter jadi harapan yang ingin diwujudkan di tahun 2017 dan tahun-tahun selanjutnya sehingga setiap suporter mendukung tim kesayangan dengan mengedepankan sportivitas dan menunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Source: Berit7