7upasia.net

berita7up.com –

Kiprah striker asing Persela Lamongan, Mahmoud El Ali, di Piala Jenderal Sudirman (PJS) cukup menjadi pertanyaan. Bukan soal skill atau kualitas yang dimiliki pemain asal Lebanon itu. Tapi lebih kepada status dirinya saat ini yang sedang dalam masa disanksi seumur hidup oleh FIFA, sejak 2013 lalu.

Sanksi itu didapatkannya lantaran terbukti terlibat skandal match-fixing pada kualifikasi Piala Dunia 2014 ketika memperkuat timnas Lebanon. Selain itu, dia juga mendapatkan sanksi denda sebesar 15 ribu dollar AS.

Karena sanksi itu pula, El Ali yang ketika itu sedang memperkuat Persiba Balikpapan dengan terpaksa harus angkat kaki lebih cepat dari Indonesia. Namun, dua tahun berselang dia kembali lagi ke Indonesia.

Kondisinya saat ini memang berbeda dengan 2013 lalu. Mengingat, saat ini Indonesia juga sedang dalam masa sanksi suspensi FIFA sejak 30 Mei 2015. Sanksi tersebut dijatuhkan lantaran FIFA menilai adanya intervensi dari Pemerintah dalam hal ini Kemenpora terhadap PSSI.

Upaya El Ali untuk merumput kembali di Indonesia akhirnya membuahkan hasil. Adalah Persela yang bersedia nekat untuk tetap menggunakan jasa pemain berusia 31 tahun tersebut di turnamen PJS. El Ali pun menyingkirkan penyerang asing lainnya asal Belanda yang juga sedang mengikuti seleksi di Persela, Emile Linkers.

Manajemen tim Laskar Joko Tingkir bukannya tak tahu mengenai status El Ali saat ini. “Sebenarnya kami sudah tahu, bila El Ali terkena sanksi dari Federasi sepakbola Lebanon (FLFA) dan FIFA, karena kasus pengaturan skor. Tapi kami butuh penyerang bagus sebagai pendamping (Bijahil) Chalwa, untuk membobol gawang lawan di PJS,” ujar Arif Bachtiar, media officer Persela kepada Goal Indonesia.

“Sudahlah, jangan lagi dipermasalahkan itu (sanksi El Ali). Semua mestinya harus berpikir positif saja. Sepakbola Indonesia juga sudah disanksi FIFA karena pembekuan PSSI. Kalau mau diberi sanksi, mau disanksi yang mana lagi?” tambah Arif.

Hal senada juga dituturkan manajer Persela, Edy Yunan Achmadi. “Kami berani mengambilnya untuk turnamen ini karena PJS tidak melibatkan PSSI secara langsung. Karena sanksi yang didapatkan Mahmoud dari FIFA yang notabene masih induk dari PSSI,” jelasnya.

“Saya tidak bisa berkomentar lebih jauh, lagipula sudah disahkan Mahaka dan sudah dimainkan di pertandingan ini (lawan Persib Bandung),” tutur Yunan.

Pelatih Persela, Didik Ludianto, juga enggan menanggapi terlalu jauh mengenai sanksi tersebut. Sebagai pelatih, dia hanya berpatokan pada masalah teknis saja. “Bagi saya, terpenting adalah seorang pemain sesuai dengan skema yang akan saya terapkan. Saya hanya menyarankan perekrutan pemain. Terakhir memang dia bermain di Abu Dhabi,” ucap Didik.

Pun demikian komentar dari CEO Mahaka Sports and Entertainment, Hasani Abdulgani. Menurutnya, berdasarkan hasil penelusuran dan diskusi yang dilakukan pihaknya, kesimpulan didapatkan bahwa turnamen yang digelar kali ini tak berada di dalam kalender FIFA. Jadi tidak ada masalah.

“Regulasi yang kami buat pun lebih cenderung mengenai masalah disiplin pemain. Kecuali, kalau memang di liga yang masuk kalender PSSI yang merupakan anggota FIFA atau PT Liga Indonesia misalnya. Di regulasi kami pun tak terdapat soal itu (pemain yang sedang disanksi FIFA tak boleh main),” kata Hasani.

Dan El Ali pun dapat bermain dengan nyaman di PJS. Pemain yang mengoleksi 40 caps bersama timnas Lebanon ini langsung diturunkan sebagai starter saat Persela melawan Persib di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Minggu (16/11) malam. Sayang, pada laga itu Persela menderita kekalahan tipis 3-2.

“Sudahlah, saya tidak mau banyak komentar dan mengingat soal itu. Karena itu adalah bagian dari masa lalu, dan kini saya hanya ingin membawa Persela bisa bersaing di turnamen (Piala Jenderal Sudirman). Maaf, bila kemarin saya belum bisa cetak gol buat Persela,” ucap El Ali.


Source: 7upAsia