7upasia.net

berita7up.com – Berbagai turnamen saat ini memang sedang marak digelar. Menyusul, vakumnya kompetisi di Indonesia. Tapi, adanya turnamen tidak sepenuhnya memecahkan masalah sepakbola Indonesia.

Presiden Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), Ponaryo Astaman, mengungkapkan digelarnya turnamen di tengah vakumnya kompetisi memang memiliki plus dan minus tersendiri. Memang, turnamen itu bisa mengisi kekosongan, dan memberikan pendapatan bagi pemain. Namun, tidak semua pemain bisa berpartisipasi dalam turnamen tersebut.

“Contohnya, pemain-pemain Divisi Utama, keluhan mereka yang kami tampung. Mereka bertanya, kalau ISL terus pesertanya mereka yang main di Divisi Utama ataupun di bawahnya kapan dapat kesempatan untuk mendapatkan pemasukan,” ujar Ponaryo, di sela-sela acara peluncuran toko olahraga Fisik Football di Daan Mogot, Jakarta, Jumat (29/1).

Selain itu, mantan kapten timnas Indonesia itu pun membeberkan rata-rata pemasukan yang didapatkan pemain dalam sebuah turnamen. Dia menuturkan, tidak ada aturan yang jelas untuk pembayaran upah pemain di setiap turnamen.

“Ada yang bulanan, ada juga yang per pertandingan. Tentu ini tidak fair buat pemain. Misal, yang gugur di babak penyisihan hanya tiga kali main, dengan rata-rata per pertandingan itu mereka dibayar Rp2-3 juta. Itu bisa dihitung berapa pemasukan yang mereka dapat,” tuturnya.

“Sementara hanya dua tim yang masuk final, yang bisa main sekitar sepuluh kali. Kesenjangan seperti inilah yang ingin kami minimalisir. Tentunya, itu bakal tercapai dengan adanya kompetisi. Karena pemain bisa mendapatkan kontrak yang panjang,” tambah mantan pemain Persija Jakarta itu.

Lebih lanjut, Ponaryo mengakui saat ini kontraknya bersama Pusamania Borneo FC (PBFC) masih per turnamen. Itu menyusul, masih belum jelasnya kompetisi kapan bergulir kembali.


Source: 7upAsia