Benarkah Indonesia Terlibat Match-Fixing?

www.bola7up.com – Timnas U-23 Indonesia pulang dengan tangan hampa dari perhelatan SEA Games 2015. Pencapaian itu lebih buruk dibanding dua perhelatan SEA Games sebelumnya, pada 2011 dan 2013 di mana Tim Merah Putih mencapai final.

Setelah dikalahkan Thailand di partai semifinal dengan skor telak lima gol tanpa balas, Indonesia juga harus tumbang di tangan Vietnam 5-0 di perebutan tempat ketiga.

Evan Dimas Cs pun gagal mempersembahkan keping medali perunggu untuk kontingen Indonesia di SEA Games 2015.

Pasca kekalahan tersebut, dugaan skandal pengaturan skor mencuat ke publik. Timnas U-23 disebut sejumlah pihak terlibat dalam praktik curang tersebut

Benarkah? Penyedia data statistik LabBola mencatat, Tim Merah Putih sering melakukan kesalahan sendiri yang berujung pada kemenangan Vietnam lima gol tanpa balas.

1. Terlalu banyak gol di babak pertama

Indonesia menguasai bola lebih banyak dibanding sang lawan. Tapi, kesalahan yang sering dilakukan memudahkan anak asuh Toshiya Miura mencetak gol.

Lima gol yang bersarang ke gawang Teguh Amirudin merupakan bukti nyata tim asuhan Aji Santoso itu bermain sangat buruk. Tentunya itu juga andil dari sang juru taktik.

 

Kebobolan di menit awal juga meruntuhkan mental bertanding Evan Dimas dan kawan-kawan mengejar ketinggalan. Pada babak pertama Vietnam sudah unggul empat gol. Hal ini jelas menyulitkan Timnas.

 

2. Banyak lakukan kesalahan sendiri

Pada interval 15 menit pertama, kesalahan pemain Indonesia mencapai 30,7%. Pada interval ini satu gol bersarang ke gawang Indonesia, tepatnya pada menit 20.

Gol tersebut bisa dikatakan sebagai kesalahan Abduh Lestaluhu mengingat dia terlambat turun untuk menutup pergerakan Vo Huy Toan. Dia juga merupakan pemain non-kiper yang paling banyak melakukan kesalahan dengan persentase mencapai 50%

Menariknya pada menit 31 hingga babak pertama berakhir justru persentase kesalahannya paling rendah, yaitu 23,1%. Meski pada interval ini terjadi dua gol tepatnya menit 40 dan saat injury time.

Striker Muchlis Hadi menjadi pemain non-kiper yang paling banyak berbuat alpa dengan persentase mencapai 42,9%. Salah satu kesalahan penting Muchlis, pada menit 39 ketika dia gagal memanfaatkan situasi satu lawan satu dengan kiper Vietnam.

Pada babak pertama ini, rata-rata kesalahan pemain adalah 26% dengan tren naik turun. Interval 15 menit pertama kesalahan 25,8% kemudian naik menjadi 30,7% lalu turun menjadi 23,1%.

Sang kiper, Teguh Amiruddin menjadi pemain yang paling tinggi melakukan kesalahan dengan persentase 66,7%. Untuk pemain non-kiper Adam Alis Setyano jadi yang tertinggi dengan 39,1%.

Zulfiandi jadi pemain paling rendah dalam daftar ini dengan hanya melakukan 13,3% kesalahan dari seluruh aksinya.

3. Puncak kesalahan di babak kedua

Di babak kedua, permainan Indonesia cenderung tidak stabil. Presentase kesalahan Indonesia meningkat.

Bila pada menit 46 hingga 60 terjadi kesalahan 19,5% maka meningkat menjadi 24,4% di interval kedua dan mencapai puncaknya di 15 menit terakhir pertandingan di mana terjadi 33,3% kesalahan.

Muchlis masih menjadi pemain yang sering melakukan dengan presentase sebesar 83,3%. Bomber milik PSM Makassar itu tercatat melakukan dua kesalahan ketika berhadapan satu lawan satu dengan kiper Vietnam

Sementara itu Hansamu Yama Pranata yang paling sedikit melakukan kesalahan. Dia hanya melakukan 8,9% kesalahan dari seluruh aksinya di babak kedua.

4. Manahati Lestusen paling stabil

Manahati Lestusen, sang kapten tim bisa dikatakan sebagai pemain paling stabil dan minim melakukan kesalahan. Memang ada nama Ilham Udin Armaiyn yang hanya melakukan 6 kesalahan tapi dia hanya masuk sebagai pengganti dan total aksinya hanya 12 kali.

Atau Zulfiandi yang melakukan 9 kesalahan dari 57 aksinya. Juga ada nama Agung Prasetyo atau Hansamu Yama yang masing-masing melakukan 13,6% dan 16,7% kesalahan.

Bagaimanapun, Manahati lah yang paling layak disebut sebagai yang paling konsisten dan minim kesalahan. Dia melakukan 16 kali kesalahan dari total 103 aksi di lapangan.

Sang kapten juga bermain di posisi gelandang bertahan meski posisi alaminya sebagai bek tengah. Jadi, 15,5% kesalahan bisa dikatakan sebagai yang terbaik di tim ini.

Sementara itu, Muchlis Hadi jadi pemain non-kiper dan pemain inti yang paling sering melakukan kesalahan, yakni mencapai 47,4%. Dua pemain pengganti Yandi Sofyan dan Ilham Udin tak memberi dampak bagus bagi tim. Keduanya juga mencatat kesalahan tinggi, Yandi dengan 47,8% sementara Ilham Udin 50%.

Secara tim, Garuda Muda melakukan total 217 kesalahan dari 837 aksi di lapangan selama 90 menit. 25,93% kesalahan harus dibayar dengan lima gol yang bersarang, tak bisa mencetak gol, dan harus pulang dengan tangan hampa.

Jadi, benarkan Timnas U-23 menjual pertandingan atau memang kalah kelas dari Vietnam?

 


Source: 7upAsia